335
Hari
Karya
Lutfiatul Pebti
Fauziah
Gema azan subuh telah berkumandang, mengisyaratkan
bahwa kehidupan sudah dimulai,perlahan kubuka kelopak mata. Berat, namun
secercah cahaya bulan yang masih menampakkan senyuman lembutnya dibalik
jendela,seolah memberikan kebahagiaan atas rasa syukur kepada Tuhan yang telah
membangunkanku dari mimpi. Ku hirup udara segar di pagi buta, menapakkan kaki
diatas tanah yang kini masih dibawahku, merasakan dinginnya tetesan air
wudhu,menghantarkanku untuk bersimpuh dihadapan sang Khalik. Beningnya cermin
memantulkan bayangan diriku hari ini. Telah tersenyum kepadaku gadis polos,
berpita kuning di jilbabnya, seragam putih biru membalut tubuhnya yang mungil,
tangannya membetulkan letak dasi dengan rasa percaya diri, ia berkata masa
depan ada dihadapanmu. Senyuman lebar bersamaan ku balas kepadanya, ku lihat
dewi pemberi kehidupan sudah menyapaku, seolah merestui tekadku hari ini tuk
menyambut masa depan. Sentuhan lembut di keningku, memberikanku rasa nyaman
dalam jalanku hari ini, wajah sendu yang selalu ingin kubuat bahagia,aku janji,
aku akan pulang dengan membawa harapan serta mimpi mereka
Gedung tinggi berlantai dua, telah terlihat
jelas dihadapanku. Langkah kaki pertama di hari baru, sudah terjejak di gerbang
utama. Deretan ruangan berpintu satu menyambutku secara bergilir. Tepat pada
pintu ke 6 ku berdiri, melihat beberapa anak sebayaku bersenda gurau. Senyum
dan tawa hari baru menghiasi wajah mereka, beban bulan lalu sudah tak terlihat
lagi. Seragam-seragam asing kujumpai di setiap ruangan, namun kata tak kenal
tak pernah membatasi mereka. Berbaur dalam perbedaan kita mulai kembali sejak
tiga tahun yang lalu. Lonceng pertama di hari baru, memanggil kami untuk keluar
dari pintu ke 6 dan merasakan aroma khas tanah asing yang baru kami jajaki. Tak
ada rasa capek atau lelah tergambar di wajah kami. Warna-warni pita di atas
kepala, memberikan semangat baru di hari baru. Barisan rapi yang kami rindukan
semenjak sebulan yang lalu, akhirnya kami lihat kembali. Topi lusuh dan dasi
pendek, tak kami hiraukan. Wajah sukacita kami tunjukkan kepada Sang Merah Putih, dalam hati kami bertekad,
masa depan bangsa ada di tangan kami.
Hari ini,Senin, 4 Agustus 2014,
pengalaman pertama di bangku SMA. Berkenalan dengan teman-teman
baru,guru-guru baru,sekolah baru,kelas baru, dan juga memulai kisah baru.
Seperti saat tiga tahun lalu, kami sekarang telah menjadi adik kelas kembali.
Kesal memang, harus menuruti semua suruhan kakak kelas, tidak boleh bertingkah
sembarangan, mengalah apabila di kantin, tidak berani lewat di depan kakak
kelas, tidak bisa bebas berbicara,namun, itu hanya hal jadul yang dilakukan
anak baru zaman dulu. Di tahun ini, kami ingin membuat gebrakan bahwa adek dan
kakak kelas sama derajatnya. Tidak ada yang dianggap benar maupun salah,semua
sama. Kita di sekolah mencari prestasi bukan semena-mena mencari derajat dan
golongan. Masa Orientasi Siswa yang selalu terlihat menyeramkan, tidak pernah
kami rasakan di sekolah baru kami. Ditambah lagi dengan kakak kelas pendamping
kami yang sangat baik, ramah, dan sabar mengajari kami. Berbaur dengan mereka
seakan kami rasakan seperti berbaur dengan teman sendiri. Pagi ini, kegiatan
pertama yang kami lakukan adalah sarapan bersama. Walau hanya nasi putih,
ayam,sayur dan air putih, rasa kebersamaan masih bisa kami rasakan, persis
seperti lagu yang kami nyanyikan sebelum makan. Candaan-candaan kecil dari
kakak OSIS serta teman-teman mewarnai hari pertama SMA. Pengarahan demi
pengarahan dari kakak OSIS dengan sungguh-sungguh kami dengarkan, walau masih
ada sedikit rasa takut dalam diri kami kepada mereka,namun sebagai generasi
baru sekolah ini, tidak ada yang namanya takut untuk belajar. Hal-hal yang
belum kami ketahui pun,semua kami tanyakan. Dari hal-hal tentang sekolah sampai
hal-hal yang tidak penting. Kakak OSIS pun dengan sabar menjelaskan kepada
kami, tetapi mungkin karena kami yang KEPO atau memang benar-benar tidak tahu,
kami terus saja menghujani pertanyaan-pertanyaan kepada mereka. Sampai pada
akhirnya, mereka capek dan malah bertanya balik kepada kami. Sialnya, kami yang
sedari tadi hanya santai-santai tiba-tiba menjadi gugup dan takut kalau-kalau
kakak OSIS menyuruh kami untuk menghafalkan semua isi buku MOS. Yang benar
saja, ini baru hari pertama MOS dan kami hampir satu kelas belum ada yang hafal
Sapta Prasetya, Visi Misi Sekolah, Daftar Nama Kakak OSIS, Mars sekolah dan
sebagainya. Alhamdulilah, kakak OSIS akhirnya tidak menanyakan itu, mereka
hanya menanyakan seputar sekolah kita yang lama, alamat, yah iseng-iseng nomor
handphone. Selain bercanda, dan berbagi pengalaman dengan kakak OSIS, kami juga
berkenalan dengan teman-teman satu kelas. Rupanya dari 36 siswa di kelas kami,
beberapa anak berasal dari luar kota, dan malah ada yang berasal dari luar
Provinsi. Tidak menyangka bahwa sekolah kami, selain menjadi sekolah favorit di
kota kami, sekolah ini juga terkenal sampai ke seluruh daerah. Rasa kagum dan
bangga pun kurasakan, mungkin begitu juga dengan teman-temanku yang lain. Dari
sekian ratus siswa yang mendaftar di sekolah ini, kami termasuk kedalam siswa
yang terpilih dan pilihan. Terimakasih Tuhan, berkat-Mu aku duduk di salah satu
bangku sekolah terbaik. Nama demi nama terdengar di telingaku, cukup asing
memang, namun sebagian dari mereka sudah ada yang ku kenal, apalagi yang
berasal dari SMP yang sama denganku.
Bel istirahat pun berbunyi, kami pun
diperbolehkan untuk keluar kelas dan jajan di kantin. Karena masih malu-malu
dan males, aku dan sebagian teman-temanku ku pun berada di dalam kelas. Karena
aku sebangku dengan Septi, teman SMP ku, kami ngobrol bareng dan
sedikit-sedikit membahas tentang hafalan. Di depanku juga ada Jessica dan
Sandra, mereka berasal dari sekolah yang berbeda dengan aku dan Septi, namun
karena kami duduk berdekatan,kami pun akhirnya bisa berbaur. Dan yang membuat
kami klop satu sama lain, adalah kami sama-sama suka K-POP, wow gak nyangka aku
bisa ketemu dengan temen-temen yang punya satu aliran musik denganku. Bel masuk
pun berbunyi, kami pun kembali duduk ke tempat duduk masing-masing. Sepertinya,
kakak OSIS ingin menyampaikan pengumuman. Kakak OSIS bilang, bahwa mulai hari
ini kita satu kelas harus ikut latihan buat lomba yel-yel. Kami pun dengan
semangat berlatih, berbekal lagu-lagu yang diberikan dari kakak OSIS, kami pun
mulai belajar menyanyikan lagu. Sampai akhirnya suasana kelas menjadi semakin heboh
dengan tingkah laku kami ,hasil dari ajakan kakak OSIS untuk berjoged-joged ria
sambil memainkan segala benda yang ada di dalam kelas. Kami pun akhirnya capek
dan beristirahat, sambil beristirahat, kakak OSIS memberikan beberapa ide untuk
penampilan kami, mulai dari disuruh joged, pakai hiasan kepala,
gelang-gelangan, sapu, pokoknya harus heboh dan gila-gilaan. Namun, seketika
suasana kelas menjadi mencekam, kelas yang berada di atas kelas kami seketika
menjadi ramai dengan teriakan dan bantingan meja, serta kursi. Teriakan dan
omelan dari kakak OSIS membahana hampir ke seluruh kelas, kami pun disuruh
untuk diam dan menghafalkan materi yang ada di buku MOS, kalau-kalau OSIS inti
nanti akan menanyakan kepada kami. Dan benar saja, satu persatu OSIS inti masuk
ke kelas kami, ada yang dengan cara halus, menggebrak meja, membentak, sampai
menggoda kami terlebih dahulu. Selain itu, mereka juga memberikan PR kepada
sebagian teman-temanku, untungnya aku tidak diberi PR oleh mereka. Hari pun
semakin siang, namun matahari sudah tertutup oleh mendung, aku berharap saat
pulang sekolah nanti tidak turun hujan. Kami pun akhirnya diizinkan untuk
sholat zuhur berjamaah di mushola, setelah selesai sholat zuhur, kami pun
mempersiapkan diri untuk pulang. Kakak OSIS pun tak lupa mengingatkan kami untuk
menghafalkan materi dan lagu yel-yel, serta membawa PR yang diberikan oleh
Kakak OSIS. Tidak seperti yang kuharapkan, tetesan-tetesan air hujan pun mulai
turun. Karena tidak ingin seragam,tas beserta buku didalamnya basah,kami pun
mulai berlarian menuju gerbang sekolah. Sebagian siswa sudah dijemput oleh
orangtuanya,namun sebagian yang lain masih harus menunggu di tempat yang teduh
untuk menghindari hujan. Kacamata yang kupakai sekarang pun sudah mulai basah
terkena air hujan,beberapa kali kulap kacanya,namun karena air hujan yang turun
terus menerus, kacamataku menjadi semakin basah. Akibatnya, aku tidak bisa
mencari keberadaan ibuku yang menjemput. Namun, dari kejauhan samar-samar aku
melihat, seseorang menghampiriku, dan benar saja ibuku langsung membawaku
menaiki motor. Tetapi rupanya, ibuku tidak membawa jas hujan, sehingga kami
harus basah-basahan pulang kerumah. Di jalan,hujan pun semakin deras, aku pun
mulai takut kalau buku-bukuku basah, apalagi jika buku MOS dan nametagku basah,
pasti besok aku akan dimarahi oleh kakak OSIS, aku pun memeluk erat tasku,tapi
apalah daya bajuku sudah terlanjur basah, tasku juga basah. Akhirnya, aku hanya
bisa pasrah, toh dirumah nanti masih bisa dikeringin baju dan bukunya.
Esok paginya, tidak seperti kemarin,wajahku
terlihat kusut,rasanya aku tidak ingin pergi kesekolah hari ini, buku dan tasku
masih basah,apalagi dengan buku MOSku, tintanya sudah luntur. Walaupun hanya
sebagian yang luntur, tapi buku MOSnya menjadi lecek dan sebagian tulisan
menjadi tidak bisa dibaca. Sebel sekali, coba kemarin tidak hujan, pasti tidak
menjadi seperti ini. Sesampainya disekolah, aku pun dihujani berbagai
pertanyaan oleh teman-temanku.
“Kenapa
tas kamu basah?Bukunya juga?” tanya Jessica
“Kemarin
kehujanan “ jawabku dengan kesal
“Udah
lah,gak papa, gak dimarahin kakak OSIS mah “ kata Jessica,bermaksud menghibur.
“Tapi
tuh, buku MOSnya juga basah, tulisannya ada yg gak keliatan,gara-gara tintanya
luntur”
“Gak
papa mah, kakaknya tuh ngerti mah kalo kemarin hujan, udaham gak dimarahin mah”
ujar Jessica berusaha membuatku agar tidak takut.
Akhirnya kakak OSIS pun datang,
mereka pun langsung memeriksa perlengkapan dan PR yang harus dibawa. Dan yang
paling membuatku takut,mereka juga memeriksa buku MOS. Saat kakak OSIS melihat
buku MOS ku,aku pun langsung menjelaskan yang sebenarnya, dan akhirnya mereka
bisa mengerti. Pada hari kedua ini kegiatan pun berjalan seperti biasanya,
namun yang berbeda hari ini,kami diajak untuk mengelilingi sekolah dan diajak
untuk mengenal ruangan-ruangan serta kelas-kelas yang ada di lingkungan
sekolah. Selain itu, kami juga diajak untuk mengenal tempat-tempat yang mungkin
belum ada di sekolah lain seperti taman, apotik hidup,hutan sekolah,koperasi,
dan sebagainya. Setelah kami sampai di kelas, kakak OSIS menyuruh kami untuk
mengumpulkan nametag kami. Perasaan tidak enak pun aku rasakan,pasti sehabis
ini akan disuruh mencari nametag yang disembunyikan oleh kakak OSIS, soalnya Jessica
sudah cerita soal ini sebelumnya,maklum lah kakaknya juga sekolah disini. Kami
pun mulai disuruh keluar untuk mencari nametag, hampir semua kakak OSIS kami
tanyai, sampai-sampai apa yang mereka suruh agar kita bisa mendapatkan nametag
kita ,semua kami lakukan,mulai dari disuruh nyanyi, teriak aneh-aneh,ngambil
ini itu, dan pada akhirnya nametagnya gak ada, SAKIT. Beruntungnya aku
diberitahu temanku kalau nametagku ada di salah satu kakak OSIS, yang pada saat
itu lagi duduk di depan TU, aku pun menghampiriya, dan memang benar ada,namun
sialnya,aku malah disuruh mencari sepuluh semut hidup, ya Allah gimana caranya,
simut mati aja gak dapet,apalagi semut hidup. Untung saja ada temanku yang ikut
mencari juga,jadi agak ringan lah bebanku.Hari pun sudah semakin siang, akhirnya
kegiatan mencari nametag atau yang dibilang kakak OSIS mencari harta karun
akhirnya selesai juga,yah walaupun ada sebagian temanku yang tidak dapat dan
akhirnya dimarahi oleh kakak OSIS. Seperti kemarin, kami sholat berjamaah di
mushola. Namun kali ini, sebelum pulang kakak OSIS mengingatkan kita untuk
menghafal materi di buku MOS, lagu kelas, serta yel-yel,karena besok kami akan
di tes oleh inti OSIS, dan juga besok kita juga harus tampil membawakan lagu
kelas dan yel-yel. Sehingga kami memutuskan untuk latihan sebentar buat
pementasan besok.Walaupun tinggal beberapa menit lagi kami pulang, tapi kami
tetap bersikukuh untuk latihan,jadinya kelas lain udah pada anteng, kelas kami
masih pada heboh, yah emang kelihatannya dari kemarin yang paling heboh cuman
kelas kami.
Tak seperti pagi biasanya, aku
bangun dengan penuh rasa takut,gugup,gelisah,semua pikiranku campur aduk tak
menentu. Yang biasanya aku mengatur kegiatanku dengan teratur dan rapi, pagi
ini semua serasa kacau. Hari ini adalah hari terakhir kami mengikuti MOS,entah
kenapa aku tidak bisa berpikiran jernih seperti biasanya, seragam olahraga yang
seharusnya aku pakai hari ini, sama sekali belum aku siapkan,padahal baru
kemarin kami mendapatkan seragam olahraga, tapi mungkin karena sifatku yang
pelupa atau pikiran lagi kacau, aku tidak tahu dimana terakhir aku
meletakkannya. Sambil mengingat-ingat dimana aku meletakkan baju olahraga,
mataku pun tertuju pada sebuah kantong plastik berwarna hitam disebelah tasku,
setelah kubuka memang benar, disitulah aku meletakkan baju olahraga, untung
saja, tidak ketinggalan disekolah atau tercecer dimana, kalau gitu, bisa
ketiban sial aku. Setelah memastikan semuanya beres, aku pun sempat melirik
jam,rupanya masih jam setengah enam, jadi sambil menunggu ibuku menyiapkan
sarapan, aku mencoba menghafalkan beberapa materi yang mungkin nanti akan ditanyakan
oleh kakak inti OSIS. Namun sudah beberapa kali aku mencoba, hanya sedikit
materi yang bisa kuhapalkan. Rasa gugup,takut,dan gelisah masih saja menghantui
pikiranku,berbagai cara sudah kulakukan untuk menghilangkan pikiran yang tak
menentu ini. Dan pada akhirnya aku memandangi cermin dan melihat bayangan
diriku,dengan raut wajah lusuh, penuh beban, mata sayu,pipi cemberut, terlihat
semakin lengkap dengan jerawat baru yang muncul di dekat hidungku. Bukan
membuat pikiranku semakin tenang,tetapi malah menambah pikiranku, tapi entah kenapa ada jiwa lain dalam diriku
berkata di dalam hati, “ hari ini,hari rabu pahing,6 Agustus 2014,pukul
setengah 6 lewat 1 menit,10 detik,aku bertekad bahwa,tidak ada rasa
gugup,takut,malu,ataupun minder,hari ini pasti bisa,hari ini tidak boleh
menangis,hari ini gak boleh malu-maluin,hari ini gak boleh sedih,hari ini gak
boleh kesal,hari ini pasti menyenangkan, hari ini harus berhasil, hari ini
harus ketawa sekeras-kerasnya,hari ini harus yakin bahwa Allah SWT selalu
menyertaimu. AMIN.” Dengan senyum penuh kemenangan,aku membenarkan
jilbab,kacamata, dan menenteng tasku,dengan percaya diri. Siap dengan apapun
yang terjadi hari ini.
Aura-aura ketegangan pun mulai aku
rasakan semenjak melewati kelas X IPS, hampir setiap kelas yang aku lihat,semua
muridnya sedang sibuk berkomat-kamit, sambil sesekali melihat buku ataupun
kertas yang ada dihadapan mereka. Begitupun dengan kelasku saat ini,
teman-temanku yang biasanya bercanda dan cekikikan di dalam kelas,sekarang
malah sibuk menghafalkan materi, ada yang duduk santai di kursi, duduk dimeja,
mondar-mandir di depan kelas, ngesot-ngesot dilantai, dan malah ada yang sambil
tiduran dan akhirnya ketiduran.KRIK. Bel pun berbunyi dan serentak semua
teman-temanku berteriak, bukan karena senang,tapi syok mendengar bunyi lonceng
yang mempertandakan bahwa sebentar lagi mereka akan bersiap-siap digilas oleh
kakak OSIS, tapi segugup-gugupnya mereka,setakut-takutnya mereka, masih ada aja
yang bisa bercanda.
“
Tenang woy, OSIS tuh cuman manusia, bukan kanibal,gak bakalan makan kita mah !
“ ujar salah satu temanku merecoki
“
Iya jar kam gak makan kita, tapi makan hati, SAKIT tau !” ujar salah satu teman
perempuanku dengan lebaynya
“
Udaham bah, ini nih hari terakhir,seharusnya semangat bah,seneng-seneng,paling
dimarahin berapa menit sih, mereka kan juga gak serius,cuman ngelatih mental
doang !” ujar Jessica memberi siraman rohani pagi.
“
Wayo, macam kayak motivator tingkat dewa ja
!” sorak teman-temanku yang lain
Dengan
PDnya Jessica melambaikan tangan dan menundukan badan seolah-olah mengucapkan
terimaksih. Kami pun telah berkumpul dilapangan,pagi ini kegiatan pertama yang
kami lakukan adalah senam pagi, katanya sih judul senamnya adalah senam
gembira, tapi gak tau juga senamnya bisa buat gembira atau gak. Yang memimpin
senamnya yaitu kakak-kakak OSIS dari seksi Kesegaran Jasmani, seru sih senamnya
ada lagu Western-western gitu,lagu JKT 48, itu yang paling aku suka,sampai lagu
galau pun ada. Jadi Baper deh yang senam. Senam pun akhirnya usai,dan kami pun
kembali ke kelas masing-masing, dan inilah saat menegangkan pun dimulai,
nasihat dan arahan dari kakak pendamping di kelas kami pun selalu kami
dengar,hafalan materi yang ada dibuku MOS pun kami hafalkan semua. Tidak lama
kemudian, kakak OSIS yang bertugas mengambil surat cinta dan benci yang kami
buat kemarin datang,kami kira kakak inti OSIS,sudah bedabar kami. Kemarin, saat
jam kedua setelah istirahat,kami disuruh membuat surat cinta dan benci untuk
kakak OSIS. Dari 36 siswa yang membuat surat cinta dan benci,mungkin hanya
punyaku saja yang paling tidak menarik. Sudahlah, aku memang bukan ahlinya
dalam membuat surat. Setelah semua surat terkumpul, kakak OSIS yang mengambil
surat kami pun akhirnya keluar. Suasana mencekam pun kembali menyelimuti
ruangan kelas kami. Salah satu kakak pendamping kelas kami pun memberitahukan
bahwa inti OSIS sudah mulai berjalan, katanya mereka akan mulai dari kelas X
IPS, jadi kalau tidak salah kelas kami mendapat giliran terakhir. Ah, untung
saja, namun tidak enak juga mendapat giliran terakhir,kelas lain sudah selesai
kelas kita masih bedabar-dabar. Dan akhirnya, sampailah mereka di kelas atas X
IPA1 dan X IPA2 , suara hantaman meja,kursi,bentakan, teriakan, kegaduhan,
sampai kata demi kata yang mereka ucapkan membahana hingga ke kelas kami.
Pelafon kelas kami pun serasa terguncang akibat hantaman meja dan kursi yang
mereka gebrak. Tak lama kemudian, suara itupun perlahan menghilang, dan itu
yang menjadi pertanda buruk bagi kami. Kelas kami pun mulai sunyi,tidak ada
sedikit pun yang mulutnya berkomat-kamit atau badannya bergerak-gerak, mereka
seakan sedang berdoa demi kelancaran hari ini. Begitupun juga dengan diriku,
keringat dingin dari telapak tangan hingga ujung kakiku pun terus mengalir.
GUBRAK ! Pintu kelas sudah terbuka, suara berat dan keras membahana di telinga
kami, teriakan dan gebrakan meja membahana keseluruh ruangan, kami pun hampir
tidak mendengar apa yang mereka katakan, satu persatu mereka menggebrak meja
dan berteriak keras ke telinga kami,
“
SAPTA PRASETYA !”
“YANG
KERAS DEKK!!
“PUNYA
MULUT GAK !!
“MASIH
KURANG KERAS LAGI DEK !!
“ULANGI
LAGI DEK !!
“
ULANGI SAMPE BENER DEK !!
Itulah
kata-kata yang bisa ku dengar dari mulut mereka, aku pun mulai tidak fokus
membaca sapta prasetya, dan DEG. Hampir satu kelas,kami disuruh maju ke depan,
dan hampir semua alasannya sama yaitu “tidak tahu nama Wakasek Kesiswaan “.
Itulah sialnya kami, kami selalu menghafalkan nama anggota OSIS,beserta
tugasnya, nama Kepala Sekolah, namun nama guru pun kami tidak ada yang tahu.
Dan saat itulah mental kami benar-benar diiuji, walaupun diteriakin di telinga,
di muka, kami masih ingat nasihat dari kakak OSIS “ mental kalian itu harus
mental baja,bukan mental tempe”. Walaupun pada akhirnya kami hanya bisa pasrah,
dimarahi dan diomelin hingga kepala dan telinga kami serasa mau pecah.
Namun kami juga merasa sangat bersalah,
saat tau kakak pendamping kami juga ikut dimarahi gara-gara dibilang tidak bisa
mendidik kami. Namun setelah inti OSIS pergi, tepuk tangan meriah dari kakak
OSIS membahana keseluruh ruangan kami, walaupun sebelumnya kami juga sempat
dimarahi. Mereka bilang, kami sudah berhasil membuat mental kami seperti mental
baja, tidak ada satupun anak di kelas kami yang menangis ataupun pingsan,
padahal hampir disetiap kelas ada anak yang nangis. Seketika kakak OSIS
langsung mengeluh-eluhkan kami, mereka bisa mempercayai kami, kalau kami gak
secengeng dan selemah yang mereka kira. Yah walau anak-anak di kelas ini
otaknya pada mereng, tapi mereka gak pernah kenal yang namanya cengeng
.
Akhirnya tibalah saatnya untuk
penampilan yel-yel, seluruh kelas terlihat sedang bersiap-siap menampilkan
kebolehan mereka masing-masing. Dan kelas kami pun akhirnya mendapat giliran
tampil, dari sudut lapangan kami berjalan dengan PD nya menuju ke tengah
lapangan, dengan semangat 45 menyanyikan semua lagu kelas kami,gerakan yang
telah kami buat tidak kami hiraukan benar atau salahnya, pokoknya pada saat ini
kami hanya bernyanyi senyaring-nyaringnya dan bergaya seheboh-hebohnya,tanpa ada
rasa capek,lelah,malu kami tampil dengan apa adanya kami, tampil dengan
kebersamaan,kegilaan, dan luapan kebahagiaan, setelah selama tiga hari, rasa
takut,gugup,resah,gelisah,kesal,penat,kami luapkan semua disini. Di bawah pohon
ketapang yang rindang, dibawah kesejukan angin yang menerpa wajah kami, di atas
tanah yang keras namun memeberikan kekuatan pada kami agar terus menghantamnya,
dengan kegembiraan dan sukacita. Kami disini X IPA 3, ingin menujukan bahwa
kami tidak pernah mengecewakan kakak OSIS yang telah mendampingi kami selama
tiga hari ini, dengan kesabaran dan ketulusan hati mereka,membuat kami berhasil
memiliki mental baja, yang tak akan pernah rapuh dalam keadaan apapun, senyuman
kami, menjadi penghantar raut wajah bahagia kakak-kakak OSIS pendamping kami,
terimakasih kak,kenangan bersama kalian akan selalu kami ukir di kelas kami.
Hari ini sebelum pulang, kakak OSIS
pendamping kami memberikan nasihat dan rasa terimakasih kepada kami. Raut wajah
kebahagiaan tergambar di kelas kami, hangat sekali rasanya, walau matahari
sudah tepat berada di atas kepala, seakan tidak kami rasakan. Selain itu juga,
mental kami tidak hanya diuji sampai disini, kami masih harus mengikuti malam
INAGURASI, yang akan diadakan beberapa hari lagi. Ah,rupanya masih ada satu
perjuangan lagi yang harus kami tempuh. Tapi selama mental baja melekat pada
jiwa kami, kami tidak akan pernah takut dengan apapun.
Sabtu, di tahun ajaran baru ini akan diisi
dengan kegiatan malam Inagurasi. Kegiatan pun dimulai pukul 2 siang, setelah
check in,kami memulai kegiatan dengan upacara pembukaan. Selesai upacara
pembukaan,kegiatan selanjutnya adalah mencari tanda tangan anggota OSIS
sebanyak-banyaknya. Walaupun harus berlari kesana kemari serta berdesak-desakan
saat meminta tanda tangan Ketua OSIS,kami masih semangat mengikuti kegiatan
hingga akhir. Dan sampailah pada puncak kegiatan yaitu, malam Inagurasi. Suara
bentakan dan teriakan dari kakak OSIS ditengah malam, membangunkan kami yang
telah terlelap. Semua siswa kalang kabut mencari sepatu di tengah gelapnya
malam. Mereka tidak peduli sepatu siapa yang mereka pakai,entah itu sepasang
atau sebelah saja,namun mereka tetap saja berlarian menuju ke lapangan basket.
Kakak OSIS pun memeriksa perlengkapan kami. Rasa takut dan cemas mewarnai wajah
kami, keringat dingin mulai bercucuran. Hawa dingin dan gelapnya malam mulai
membuat suasana di sekitar kami menjadi semakin mencekam. Tak lama kemudian,
mata kami pun ditutup dengan slayer, tangan demi tangan bergantian
menggandengku dan membawaku ke sebuah tempat. Perlahan, suara teman-temanku
yang lain mulai menghilang. Aku tak tahu dimana aku sekarang, tanganku
yang mulai basah dengan keringat,
sekarang telah menyentuh benda yang mungkin berupa kain. Kudengar beberapa anak
berada di dekatku, salah satu tangan pun menyetuh jaket yang kupakai. Kemudian
kami pun dibawa ke sebuah tempat, samar-samar suara teriakan kakak OSIS pun
mulai menghilang. Rupanya kami dibawa ke sebuah tempat yang dinamakan Posko
Curhat, di posko ini kami diprbolehkan mencurahkan keluh kesah dan pengalaman
selama beberapa hari di sekolah ini. Tidak beberapa lama, kami pun keluar dari
posko curhat dan mendatangi posko-posko yang lain. Dan yang paling menegangkan
adalah saat di posko Mental, karena namanya posko mental,mental kami semua pun
diuji disini. Berbagai tes yang dilakukan oleh kakak OSIS kami jalani
disini,teriakan dan bentakan tidak henti-hentinya bergema di telinga kami. Dan
untung saja,kami tidak berlama-lama di posko mental. Namun, tidak hanya di
posko mental saja kami diuji, di posko Cinta Tanah Airpun,mental kami juga
diuji, tes-tes yang diberikan pun berbeda dengan posko-posko yang lain, karena
nama poskonya Cinta Tanah Air, jadi kami di tes berbagai hal yang berhubungan
dengan Indonesia,mulai dari Sumpah Pemuda,Proklamasi, Pancasila,sampai Ibu
negara pun kami ditanyai. Mulai dari jongkok sampai tiarap kami lakukan disini.
Bau aroma tanah pun mulai menusuk hidung. Hembusan angin malam , ditambah
dengan guyuran air, membuat kami semakin membeku. Wajah kami pun telah menempel
dengan tanah, tak tahu bagaimana rupa kami saat ini. Setelah semua posko kami
datangi,kami pun dikumpulkan di lapangan basket. Teman-temanku pun mulai
berdumel dan meluapkan kekesalan mereka. Namun, walaupun begitu mereka seakan
tidak pernah menyesal mengikuti kegiatan malam ini.
Suara azan pun mulai bergema,
menandakan hari telah berganti. Baru teringat olehku bahwa nametag yang kupakai
semalam telah terlepas, aku pun mulai mencarinya tapi tak ketemu juga,kutanya
semua teman-temanku tapi tidak ada yang tahu. Gawat, habis lah aku jika kalau
besok aku dimarahi oleh kakak OSIS. Aku pun pasrah, kakikupun ku langkahkan
menuju mushola, untuk menunaikan sholat subuh. Matahari cukup cerah pagi ini,
ditambah dengan raut wajah gembira teman-temanku. Walupun melelahkan, muka
kucel dan lusuh mereka telah terganti dengan tawa dan senyum bahagia. Tinggal
beberapa jam lagi kegiatan ini akan selesai. Pagi ini kegiatan pertama yang
kami lakukan adalah senam gembira, walau nampak capek tapi kami tetap semangat
mengikuti senam,apalagi ditambah dengan games-games seru dan lucu. Hari pun
semakin siang,kehangatan matahari pun mulai kami rasakan. Upacara penutupan menjadi
akhir kegiatan kita. Setelah itu diikuti dengan pengumuman pemenang lomba
yel-yel. Sayangnya, kelas kami tidak berhasil menjadi pemenang, tetapi kakak
OSIS tetap bangga dengan kami, tidak perlu menang atau kalah, yang penting
kebersamaan dan kerja samanya. Walaupun kami sering membuat kakak OSIS kesal
atau marah, kami akan tetap ingat kok sama kakak,makasih ya kak. Aku pun sampai
tidak menyadari bahwa dari tadi temanku,memanggilku. Rupanya Rizki, ingin
memberikan nametag yang semalaman aku cari, untung saja ada Rizki, kalau tidak,
mungkin akhir bahagia ini menjadi kesialan bagiku. Rupanya tanpa sepengatahuan
kami, masih ada satu acara lagi yaitu siram air. Katanya, sebagai peresmian bahwa kami telah menjadi pelajar
sekolah ini, walau harus basah-basahan pulang kerumah,kami tetap senang telah
resmi menjadi pelajar sekolah ini.
Hari-hari pun berlalu semenjak malam
Inagurasi. Proses belajar pun telah kami ikuti,walaupun cara belajarnya sedikit
berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Semenjak Kurikulum 2013 menyerang, kami
menjadi sedikit sulit mengikuti proses belajar,namun itu tidak mempengaruhi
antusiasme kami untuk belajar. Namun hari ini berbeda, dari informasi yang
kudapat pagi tadi, bahwa hari ini ada rolling murid. Murid dari setiap kelas
akan dipindahkan ke kelas lain, karena itu aku takut jika aku dipindahkan ke
kelas lain, di kelas ini aku sudah merasa nyaman dan memiliki banyak teman.
Tidak seperti yang ku pikirkan, kelas kami tidak ada yang pindah satupun,
malahan kedatangan 4 warga baru dari kelas lain. Wajah – wajah mereka pun masih
asing bagiku. Mereka pun dipersilahkan memperkenalkan diri. Dari hasil
perkenalan tadi, aku sedikit tahu tentang mereka, nama mereka masing-masing
yaitu Aulia, Vita, Haris , dan Al ,mereka dari kelas yang sama yaitu X IPS 3.
Dan mulai dari sinilah sejarah perAtoman dimulai. Mereka pun dengan cepat
berbaur dengan kami, walaupun kelihatannya Aulia masih malu-malu untuk
mengobrol. Maklum Aulia katanya memang sedikit pemalu.
Di hari-hari selanjutnya, mereka pun
semakin akrab dengan kami. Seperti hari ini, kami akan melakukan presentasi
biologi. Masalah yang akan kami bahas kali ini adalah mengenai objek kajian
biologi. Dalam satu kelas kami dibagi menjadi 4 kelompok,masing-masing kelompok
akan membahas kajian biologi yang berbeda. Dan menariknya dari presentasi kali
ini, adalah saat pembacaan materi dari kelompok satu. Sebenarnya ada beberapa
kajian yang mereka bahas, namun karena tingkah Marko yang selalu saja
menyalahkan hal-hal kecil, pembahasan mereka pun tidak selesai-selesai, padahal
pembahasannnya sangat simpel yaitu persilangan antara semangka kecil berbiji
kecil dengan semangka besar berbiji kecil.
“
Maaf, saya disini hanya mempertanyakan,mengapa bisa semangka yang sama-sama
memiliki biji disilangkan,menghasilakn semangaka yang tidak berbiji? Sanggah Marko
disela-sela presentasi
“
Jadi gini Mas Marko, semangkanya memang berbiji, tetapi bentuk dan ukuranya pun
berbeda, jadi jika semangka satunya besar, maka semangka ini memiliki daging
buah yang banyak,jadi daging buah ini bisa menutupi semangka yang berbiji tadi”
jelas Jessica sebagai perwakilan dari kelompok 1
“
Tapi kan semangkanya masih berbiji,ini kan mengenai semangka yang tidak
berbiji” ujar Marko menyolot
“
Memang masih berbiji, tapi kan kecil, tidak terlihat,sehingga dinamai semangka
tidak berbiji “ perjelas Jessica dengan setengah kesal.
“
yah gak bisa, semangkanya harus tidak berbiji “ jawab Marko lagi masih ngeyel.
Setiap
pertanyaan yang dia berikan tidak pernah menimbulkan jawaban,tetapi malah
menimbulkan pertanyaan dan pertanyaan lagi, sampai membuat semua murid
kesal dan frustasi membahas masalah ini. Akhirnya Ibu Lestari, meluruskan
masalah persilangan tadi, dan disitulah presentasi dari kelompok satu selesai.
Sebenarnya, hari ini bisa menghabiskan 2 atau 3 kajian lagi, tetapi karena
masalah semangka, presentasi hari ini hanya bisa mengahabiskan 1 kajian objek
saja. Semenjak hari itu, setiap ada hal-hal yang berkaitan dengan semangka,
sering kami jadikan bahan candaan, sampai-sampai Marko yang menjadi provokator pembahas
semangka, sekarang telah terkenal dengan nama “ Bos Semangka’. Begitupun dengan
presentasi-prsentasi yang lain, setiap membahas suatu masalah, kami pasti
selalu ribut. Setiap anak di kelas kami memiliki pemikiran yang berbeda-beda.
Walaupun begitu, kami tidak mau mementingkan ego masing-masing rasa
persaudaraan selalu kami junjung di kelas ini, membangun kebersamaan di tengah
perbedaan memang sulit, tapi kalau kita mau tetap utuh mengapa kita tidak
belajar menghargai perbedaan terlebih dahulu. Tapi itulah yang menjadi
kebanggaan di kelas kami. Karena setiap presentasi, kami mendapat komentar baik
dari guru-guru. Jadi,jika setiap presentasi kami tidak ribut, bukan kelas kami
namanya.
Minggu ketiga tahun ajaran baru.
Minggu ini seluruh kegiatan
ekstrakurikuler sudah dimulai. Hari ini proses belajar mengajar berjalan
seperti biasanya, namun hari ini ada kegiatan baru dan wajib kita ikuti yaitu,
pramuka. Sama halnya dengan ekstrakrukuler lainnya, pramuka juga dilaksanakn
seminggu sekali. Males, mungkin itulah kata yang dikeluarkan dari setiap mulut
para siswa. Pada pertemuan pertama pramuka kali ini adalah membahas hal-hal
seputar pramuka. Dengan seksama kami mendengarkan materi yang disampaikan oleh
kakak-kakak Bantara, walaupun ada sedikit candaan yang menyelingi pembahasan
materi kali ini. Setelah selesai membawakan materi seputar pramuka, kakak Bantara
pun memberikan beberapa pertanyaan kepada kami. Tidak tahu apa mungkin kami
yang tidak mendengarkan materinya atau memang lagi males menjawab, kami pun
hanya diam. Sesekali Marko mencoba menjawab pertanyaan dari kakak Bantara,
namun karena hanya dia yang menjawab, dia pun kami suruh untuk menjawab semua
pertanyaan yang dilontarkan oleh kakak Bantara. Kakak-kakak Bantara pun mulai
pusing melihat tingkah kami, dan sepertinya sudah bosan melihat wajah Marko
yang terus saja menyerocos di depan mereka, akhirnya mereka membuka sesi
pertanyaan untuk kami. Kami yang tidak tahu harus bertanya apa, memilih untuk
diam. Namun kakak Bantara seakan tidak mau menyerah menyuruh kami untuk
bertanya.
“ Ayo, mosok gak ada yang mau bertanya
sih, katanya anak pramuka, seharusnya anak pramuka itu harus berani kak !” ujar
kakak Bantara
“ Mosok dari ...berapa jumlah semuanya?”
tanya kakak Bantara kebingngan
“ 36 kak ! “ jawab kami serentak
“ nah ya, mosok dari 36 siswa, gak
satupun yang mau bertanya,jadi pramuka itu harus berani kak !” ujar kakak
Bantara mulai kesal
Dari sudut ruangan, Tama pun mulai membuka suara
“ kak kenapa kita harus ikut pramuka?”
tanya Tama, pertanyaan yang membuat beberapa siswa ramai membicarakan hal yang
sama
“ yah karena wajib, kalo gak wajib, yah
kalian pasti gak bakalan mau datang kan ?
“ ya iya bah, siapa yang mau tiap minggu
baris panas-panasan di lapangan basket “ jawab Marko seenaknya.
Pertanyaan tak masuk akal dari Tama pun,
menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang tak masuk akal lainnya dari teman-temanku
yang lain. Mulai dari pertanyaan kenapa kakak Bantara mau ikut pramuka, terus
darimana asal pramuka yang padahal sudah dibahas, sampai hal-hal lain diluar
pramuka. Kakak Bantara pun mulai pusing menjawab pertanyaan dari teman-temanku.
Mereka sebenarnya tidak memperdulikan jawaban dari kakak Bantara, tapi mungkin
karena sifat mereka yang ngeselin,mereka terus saja menimpali
pertanyaan-pertanyaan yang semakin ngawur kepada kakak Bantara. Sampai akhirnya
kakak Bantara menyerah dan menyuruh mereka berkumpul di lapangan. Yah bukan
salah kami juga ya, sudah tau kalo kelas kami ini rajanya Kepo, kalo disuruh
nanya yah nanya terus, sampe titik darah penghabisan pun kami ladenin. Semenjak
peristiwa itu, kakak Bantara yang masuk ke kelas kami sedikit hati-hati dalam
mengajari kami. Sampai –sampai mereka rela menjelaskan berulang-ulang kepada
kami agar kami tidak banyak bertanya. Sabar ya kak.
Berbeda dengan hari biasanya, yang
setiap hari diisi dengan presentasi yang serius, presentasi kali ini banyak
diselingi dengan candaan-candaan yang berhasil mengocok perut. Yah siapa yang
tidak tertawa apabila, guru Ekonomi kami, memberikan sebuah gelar yang tak
biasa dengan kelas kami. Bukannya membuat kami sebel atau marah, gelar yang
diberikan guru kami ini malah membuat sejarah baru kelas kami. Nama kelas
memang biasanya dibuat sekeren dan
seunik mungkin. Namun bagi kami itu sudah terlalu mainstream, jadi, gelar baru kelas kami ini membuat siapa saja
bisa mengenal kelas kami dengan gampang dan selalu membuat semua yang
mendengarnya bisa tertawa terbahak-bahak. Musang. Itulah gelar baru kelas kami
sekarang. Tidak ada yang tahu mengapa kelas kami dijuluki itu. Mungkin hanya
Tuhan dan guru kami yang tahu. Sejak gelar baru kelas kami itu, semua yang kami
lakukan di kelas, pasti selalu membawa-bawa nama itu. Contohnya seperti pada
saat kami menghias kelas dalam rangka lomba antar kelas, kami rencana ingin
membuat nama di dinding kelas kami dengan nama Musang, namun karena tidak ingin
mempermalukan wali kelas dan ketua kelas kami, niat itu pun kami urungkan.
Sebelumnya, rencana menghias kelas itu sudah kami rencanakan jauh-jauh
hari,tapi karena susahnya mempersatukan pemikiran yang berbeda dari setiap anak
di kelas kami, rencana itupun sering tertunda. Sampai akhirnya, di sore hari
yang hujan kami sepakat untuk menghias kelas, dimulai dari mencat ruangan kelas
yang telah disepakati di cat dengan warna toska. Walaupun harus basah-basahan
datang kesekolah hanya demi menghias kelas, rasa kebersamaan kami memang tidak pernah
terkalahkan oleh apapun.
Bulan September pun tiba, bulan yang
paling ditunggu-tunggu oleh anak-anak di sekolahku karena pada bulan ini
sekolahku akan selalu mengadakan event terbesar yang selalu diadakan setiap
tahunnya,yaitu High School Competion. Ah senangnya, akhirnya bisa lihat HSC
juga di tahun ini. Walaupun aku jarang menyaksikan bagaimana jalannya
pertandingan antar sekolah di HSC tahun ini, karena harus menjaga di UKS, aku
tetap seneng kok, karena pada saat hari terakhir HSC, hal yang tidak pernah
kami lakukan di kelas selama ini akhirnya bisa kami lakukan. Hari sudah semakin
siang, dan sebagian teman-temanku pun mulai capek. Tama yang tiba-tiba datang
bak satria bergitar pun,memecah kepenatan di dalam kelas. Suara petikan
senar,perlahan-lahan mulai mengajak kami untuk bangkit dari kepenatan dan
mengikuti alunan lagu. Suara musik dari speaker yang diputar semakin keras,
membuat susana kelas menjadi semakin heboh. Mulai dari lagu melo sampai lagu
dangdut kami nyanyikan bersama-sama,entah liriknya salah atau benar,kami tidak
peduli yang penting seluruh beban yang ada di dalam diri kami terhapuskan.
Rupanya walaupun pun pintu sudah ditutup rapat-rapat, suara speaker dari kelas
kami sepertinya sudah membahana ke seluruh kelas.
“
ayo woy ! “ suara Tama menyemangati
“
Ki...ta adalah sepasang sepatu,selalu bersama, tak bisa bersatu,ki..ta bagai
mati tak berjua bergerak karena kaki mausia,aku sang sepatu kanan,kamu sang
sepatu kiri, ku senang bila diajak berlari kencang,tapi aku takut kamu
kelelahan, ku tak masalah bila terkena hujan tapi aku takut kami kedinginan
...”
Itulah
sepenggal lirik dari lagu Tulus yang kami nyanyikan di kelas, walau sudah
menjadi tontonan dari luar kelas, kami masih saja tidak peduli dan malah
semakin keras bernyanyi. Bahagia sekali rasanya hari ini, bisa nyanyi bareng
satu kelas, semoga bisa nyanyi bareng lagi ya di HSC tahun depan.
Setelah selesai HSC, kegiatan
belajar mengajar pun kembali dimulai. Persis seperti hari ini, pelajaran kimia
di akhir jam pelajaran terlihat sangat membosankan ditambah lagi dengan rasa
kantuk yang dirasakam hampir semua siswa X IPA 3. Mau tidak mau,kita harus
mengikuti pelajaran ini, karena ini merupakan salah satu pelajaran wajib dari
penjurusan. Entah kenapa, hari ini rasanya lama sekali jam pelajaran berakhir
dan terasa membosankan. Beberapa siswa pun kelihantannya mulai bosan dan malah
asik mengobrol sendiri, sehingga Ibu Hani yang sedari tadi menjelaskan tentang
bilangan kuantum mendadak tiba-tiba menuju ke deretan meja di dekat jendela,
tempat anak-anak 3C berkumpul. Mereka yang sedari tadi tidak menyadari
kedatangan Ibu, mendadak shock mengetahui bahwa Ibu sudah berdiri di depan
mereka. Muka pucat pun mulai terlihat di wajah mereka. Mereka seakan tidak bisa
berbuat apa-apa selain salah tingkah dan celingak-celinguk kesana kemari.
“
Kalian mau saya yang keluar atau kalian yang keluar ?” tanya Bu Hani dengan
suara khasnya.
Bak
tersengat listrik bertegangan 1000 Ampere, mereka pun hanya diam mematung,
dengan wajah tanpa dosa. Padahal jika kami bisa menjawab, mungkin inilah yang
kami lakukan
“
MEREKA BUUUU !!!” teriak kami serentak sambil menunjuk mereka.
Yah, itu hanya seandainya,untung gak beneran
kami jawab kayak gitu,mungkin kalo kami jawab bisa jadi mereka SAKITNYA TUH
DISINI. Namun, itu hanya hal sepele,biasalah paling cuman dikasih teguran
doang. Pelajaran pun kembali dilanjutkan hinga bel pulang berbunnyi.
Belum kelar satu tugas, ditambahin
tugas lain lagi. Yah inilah pelajar kalo gak belajar yah ngerjain tugas. Sama
seperti anak-anak kelas sepuluh, hampir setiap kelas mengerjakan tugas yang
sama yaitu MEMBATIK. Unik sih, hal baru yang mungkin belum pernah kami lakukan
sebelumnya, namun jika bukan ahlinya, rupanya membatik juga sulit. Pertama-tama
memang seru cuman disuruh gambar di buku gambar terus gambar di kain, tapi
setelah membantik dengan canting itulah tantangannya. Setelah sepakat untuk
mengerjakan batik bersama-sama, akhirnya di sore hari yang masih agak panas,
temanku-temanku nekad datang kerumah guna membatik. Bukan karena rumahku deket
dengan rumah mereka tapi cuman karena aku yang rela wajan sama kompornya di
korbanin buat dibelepotin sama malam. Gak inget waktu, gak inget kondisi,mereka
rela pantengin datang kerumah buat ngebatik. Dan alhasil semua batik yang udah
kami lukis bagus-bagus, akhirnya luntur tak sersisa bekasnya. Step by step udah
kami lakukan dengan benar, cara demi cara udah kami coba, sampe tangan kami pun
pada jadi korban cipratan malam yang lumayan panas.Sedih. Itulah hal pertama
yang tampil di wajah kami. Udah panas kepanasan,hujan kehujanan, siang sampe
malem, dan hasilnya jadi amburadul gak karuan, pasrah aja deh,toh yang penting
ngumpul. Tapi itulah yang buat kami tetep seneng, walaupun hasil tak sesuai
harapan, tapi kalo gak ada yang namanya ngebatik, pasti gak bakalan ngumpul-ngumpul,
dan sedih bareng kan. Thanks batik. Selain tugas membatik, yang buat kami care
satu kelas juga dari tugas membuat video dari Pak Zaki. Hampir tiap minggu kami
sempatkan untuk berkumpul di lapangan kantor DPRD guna membuat video olahraga.
Sampai kami sempat dimarahi oleh satpam kantor, karena kami bermain disekitar
wilayah kantor pada saat masih jam kantor. Untung saja ada bapak Tia yang
membela kami, jadi kami diperbolehkan untuk membuat video bola pada saat itu.
Selain dimarahi oleh satpam, hal yang menarik dari pembuatan video ini yaitu Marko
dan Hany jadi baikan,setelah sempet seminggu mereka gak tegur-teguran. Kan gak
asik kalo gak ada yang bedebat di kelas. Soalnya yang sering bedebat itu, cuman
Marko sama Hany. Cie,cie akhirnya bisa akur.
Kamis,
10 Oktober 2014. Hari dimana pelajaran kimia yang memusingkan, harus kami
ikuti. Namun, kali ini kami tidak perlu pusing-pusing memikirkan pelajaran
kimia. Karena pada hari ini, guru tercinta kami Ibu Hani, sedang berulang
tahun. Rencana memberikan surprise kepada ibu sudah kami susun sejak jauh-jauh
hari. Rian dan Arum yang biasa bertugas memanggil guru, kami suruh untuk
memanggil Ibu agak telat. Setelah semua sudah terencana dengan baik, mereka
berdua pun akhirnya memanggil ibu. Namun pada saat kami sedang membawa kue
secara diam-diam dari belakang kelas, tiba-tiba lilin yang sudah kami nyalakan
mati. Sedangkan pada saat itu Tama yang bertugas membawa Poster ucapan selamat
ulang tahun, sudah berlari menuju kelas. Yah walaupun kedatangan Tama ke kelas
tidak dibarengi dengan kue ulang tahunnya, rencana membuat Ibu specless
akhirnya gagal. Dan malah menjadi sangat krik-krik. Ibu yang sepertinya agak
bingung dengan tingkah kami, akhirnya hanya bisa tersenyum dan tetap menghargai
usaha kami. Akhirnya acara makan-makan kue yang kami tunggu-tunggu akhirnya
berakhir dengan colek-colekan krim dan membuat wajah kami sedikit belepotan.
Tapi kalau gak ada ulang tahun ibu, mungkin kita gak bakalan pernah ngerasain gimana serunya ngejailin dan
dijailin temen satu kelas.
Gak kerasa ulangan semester udah
didepan mata , tapi inilah langkah awal untuk bisa menjadi lebih baik di
semester depan. Walau sebelumnya udah diadain ulangan Midsemester tapi, tetep
aja hasilnya belum sesuai harapan. Jadi, kami bertekad untuk memperbaiki nilai
di ulangan semester ini. Ulangan di hari pertama adalah Matematika. Sempet
shock pas tau ulangan pertama MTK, tapi yah apa boleh buat, jadwal udah dicetak
dan disebarin ke seluruh kelas. Kami pun berpencar kebeberapa ruangan, karena
ulangan semester ruangannya memang selalu diacak dengan kelas 11 dan kelas 12.
Tapi, yang namanya X IPA 3 kalau udah saudara, pasti gak bisa kepisah. Setiap
istirahat kami sempatin buat bahas soal maupun materi atau hanya sekedar
ngobrol dan becanda bareng. Kami memang orangnya selalu becanda tapi, kalau
soal pelajaran kami selalu serius. Gak tahu kenapa, walaupun anak-anak X IPA
3,banyak yang otaknya gestrek, tapi tetep bisa mikirin masa depan. Ulangan
semester pun usai, udah gak ada pelajaran lagi deh, palingan cuman nunggu
remidi. Karena sebagai seorang pelajar kita tidak boleh sombong, jadi sebaiknya
kita harus merendahkan diri dengan cara pesimis kalau bakalan remed. Tapi itu
sebenarnya salah total, seharusnya kita gak boleh pesimis, kita harus yakin
bahwa nilai kita bagus-bagus. Tapi kalau kita gak bilang gitu disangkain
sombong lagi, mentang-mentang nilainya bagus. Semua memang serba salah ya. Untuk
mengisi kejenuhan di kelas, kami pun berniat melanjutkan acara hias-menghias
kelas. Karena kemarin kelasnya sudah di cat, jadinya kami tinggal menambahkan
polesan-polesan di dinding agar tidak terlihat kosong. Selain itu, kami juga
membuat berbagai hiasan disekeliling kelas. Tak lupa sapta prasetya,visi misi
sekolah,struktur kelas,jadwal piket dan 8K kami buat. Karena itu merupakan hal
utama dari kriteria penilaian. Kelas kami yang awalnya suram dan kosong
sekarang terlihat full color dengan berbagai macam hiasan. Uniknya lagi,
terdapat bermacam-macam foto alay dari anak-anak X IPA 3, mulai dari foto Tama
didandanin ala cewek, foto so sweet Marko dan Hany pas ngebatik, sampe foto
orang-orang Jones pun kami pajang.
Happy New Year ! memakai seragam,sepatu,
tas, dan berangkat ke sekolah pertama di tahun 2015. Senyum baru,semangat
baru,tujuan baru, merekah disetiap wajah teman-temanku.Tahun baru, semester
baru. Walaupun cuman kurang lebih seminggu gak ketemu temen-temen di kelas,
rasanya hampir setahun gak ketemu, kangen banget. Tapi, kalau udah ketemu pasti
jail-jailan dan olok-olokan lagi deh. Jail dan usil, itulah ciri dari kelas
kami. Tiap hari pasti ada aja barang-barang yang ilang di kelas kami, mulai
dari barang yang kecil sampe yang segede badan pasti aja ilang. Entah ulah
tangan jail siapa, walupun udah berkali-kali ditanyain siapa pelakunya, masih
ada aja yang gak mau ngaku atau sok-sok gak tau. Untungnya anak-anak di kelas
kami orangnya gak pendendam, kalo misalnya ada, pasti udah disantet tuh orang
yang ngambil barang mereka. Sehari aja mereka gak jailin atau ngolokin orang,
pasti pada kayak kena penyakit ayan. Tapi memang bener sih, kalo gak ada yang
jail atau usil pasti suasana kelas jadi garing. Liat aja kalo ada anak di kelas
yang jadi bahan olokan atau trending topik di kelas, pasti bawaannya pingin
ngakak terus.
Kurikulum 2013 sudah resmi berakhir.
Kelas X IPA 3 pun sekarang telah diganti dengan kelas X C. Sedih memang udah
gak jadi anak IPA, tapi gak perlu ada IPA atau IPS ,kita masih bisa ngumpul
bareng kan di kelas ini. Jadwal pelajaran pun sedikit dirombak,terutama
pelajaran-pelajaran yang belum pernah kami ikuti disemester 1. Agak sulit
memang menyesuaikan diri dengan beberapa peajaran baru, namun jika mau belajar
pasti bisa mengikuti pelajaran-pelajaran yang baru tersebut. Seperti saat kami
mengikuti pelajaran Sosiologi, tidak hanya di semester satu saja kami berdebat
saat presentasi. Disemester dua inipun, kami masih saja bedebat. Untung saja,
pada saat presentasi kali ini, kami tidak diberikan peraturan apapun, Jadi,
terserah mereka mau berapa lama presentasinya, mungkin sampe mulut mereka
berbusa dan telinga mereka panas. Walaupun akhirnya, presentasi jadi tidak
selesai semua kelompok. Yah mau gimana lagi kelas kami memang terkenal dengan
rajanya ribut dan heboh. Kalau sudah itu ya itu, gak mau di ganggu gugat lagi.
Wali kelas kami pun sampai kewalahan mengurusi kami, sampe urusan tempat duduk
pun yang sudah diatur sedemikian rupa, akhirnya tidak efektif dan tidak bertahan
lama, sudah banyak yang minta tukar tempat duduk.
Sudah
hampir pertengahan semester 2, gak kerasa ulangan semester udah deket. Mau
tidak mau ulangan dan tugas-tugas harus kita kejar, jadi, hampir setiap pagi,
kita harus ribut di kelas buat ngerjain tugas. Tidak seperti biasanya, suasana
kelas sedikit berbeda hari ini,yang biasanya mulutnya udah pada heboh ngerjain
tugas di pagi hari. Sekarang malah diam membisu, sesekali beberapa anak
terlihat membiacarakan hal serius. Aku yang beberapa hari kemarin tidak masuk
sekolah, mendadak bingung dengan sikap teman-temanku yang tidak seperti
biasanya. Sampai akhirnya aku tahu mengapa mereka bersikap begini, dari cerita Jessica, rupanya kemarin
pada saat pelajaran Kimia, Ibu Hani menanyakan ulangan kami apakah sudah
diperbaiki apa belum? Anak –anak satu kelas yang celingak-celinguk kebingungan
dengan apa yang dikatakan Ibu, pun sontak memprotes bahwa mereka tidak pernah
mendengar ataupun disuruh untuk memperbaiki ulangan. Memang yang kutahu, nilai
ulangan kedua kami memang tidak terlalu bagus, tapi kami tidak tahu kalo Ibu Hani
menyuruh kami memperbaikinya. Tama yang tidak sengaja mendengar pembicaraan
kami, seketika langsung menyolot.
“
sidakam tuh gak usah bahas-bahas ulangan kimia kita? Udah jelas-jelas ini nih salah ketua kelas
kita, seharusnya sebagai ketua kelas itu, harus bertanggung jawab dengan amanah
dari wali kelas !’ ujar Tama dengan emosi sudah di ubun-ubun
“
iya, dasar ketua kelas gak bertanggung jawab, niat gak sih jadi ketua kelas !”
ujar Ani menimpali
“
kalo gak niat tuh gak usah, mosok dititpin soal ulangan aja bisa ilang !”
What ! soal ulangan kami ilang? Bencana besar,
gak mungkin seorang Rendi yang biasanya selalu care dengan kami, jadi berasa
gak peduli dengan kelas. Memang sih, beberapa hari ini memang dia gak terlalu
meduliin kelas. Tapi se gak pedulinya Rendi sama kelas, dia pasti gak bakalan
ngilangin ulangan Kimia satu kelas kan?
“
udaham Ren, kalo udah bosen jadi ketua kelas tuh,mending mundur aja, masih
banyak kok yang mau jadi ketua kelas, kam tuh emang udah gak care lagi kan sama
kelas ini?!” Marko pula membuat suasana menjadi semakin panas. Rendi yang
mukanya udah kayak kepiting rebus, seketika langsung berteriak dan menggebrak
meja.
“
Diam !” teriak Rendi
“
tau mah aku tuh salah, aku minta maaf, yang namanya manusia tuh pasti punya
salah !” ujar Rendi setengah emosi
“
kalo minta maaf tuh yang bener, gak usah pake ngotot bah ! “ ujar Al mulai
emosi.
“
aku tuh dari tadi dah diem, tapi mulut kalian itu yang gak bisa di rem, panas
kuping nih dengerinnya ! “ emosi Rendi pun udah mencapai ubun-ubun. Suasana
kelas pun semakin memanas, padahal dua kipas angin udah kami puter sampe nomor
6.
“
udah bah,sidakam tuh gak usah nyalahin Rendi, yang penting kan dia udah minta
maaf !!” ujar Jessica mencoba mendinginkan suasana.
“
eh, Jes, kam gak usah banyak cekcok deh, tau mah yang nilainya palin tinggi tuh
!” ujar Ani merecoki
“
bukan soal nilaiku, tapi kasian bah Rendi, sidakam salahin terus ! “ ujar Jessica
yang mulai tidak bisa menahan emosi.
“
tapi tuh dia minta maaf ngotot, dan gak tanggung jawab !” ujar Tama yang udah
emosi tingkat dewa
“
ya sudah aku minta maaf, terus nanti kita omongin ke ibu,gimana enaknya “ ujar Rendi
dengan suara perlahan mulai melembut
“
Malas !!!” serempak satu kelas menolak
“
terserah,teserah apa mau kalian yang penting aku udah usaha minta perbaikan
nilai sama ibu, mohon-mohon ke ibu, sampe harus nyegah ibu buat pulang demi
minta soal ulangan ! inget tuh,inget !” Rendi yang kesabarannya mulai habis,
akhirnya memilih untuk keluar kelas. Dari dalam kelas teman-temanku pun masih
merecoki.
“
pokoknya kami gak mau tahu, ibu Hani minta nilainya sudah diperbaiki dan
dikumpul besok !” ujar Haris ikut merecoki.
Yah mau gimana lagi, kami harus pasrah nilai
kami di kumpul apa adanya,tapi agak sedikit kecewa sih karena ini masalah
nilai, dan pastinya Ibu bakal marah besar kalo nilai kami jelek semua.
Sudah hampir dua hari, keadaan kelas
menjadi suram. Yang biasanya tiap hari heboh, sekarang malah pada menjauh.
Entah kenapa, sejak peristiwa itu, semua serasa berubah. Kelas yang dulu selalu
terlihat heboh, kocak, dan konyol anak-anaknya, sekarang malah menjadi seperti
kuburan. Tegur-teguran satu kelas aja rasanya males mereka lakukan. Kenapa
kalian jadi kayak gini? Mana Atom yang dulu?Mana musang yang dulu? yang gak
akan terpecahkan oleh apapun, ego memang ada, tapi kenapa kepentingan kelas
kalian sampingkan? Mana rasa kepeduliannya? Mana persaudaraannya? Mana
solidaritasnya? Katanya solid, katanya care, mana? Oh berarti itu cuman omong
kosong doang ! Kesalku dalam hati. Seandainya saja hati dan mulut ini senada,
mungkin aku bisa nyadarkan kalian.
“
Jes, kenapa sih, bete terus, senyum bah !!” godaku kepada Jessica
“
apasih, dah tau orang lagi bete tu nah, sana-sana !! kesal Jessica kepadaku,
aku pun menjauh dan duduk di sebelah Septi.
“
Sep, sidaknya kenapa sih, bete teru-bete terus !! “ tanyaku lagi kepada Septi
basa basi
“
tanya sidaknya am, kenapa? Mang aku umaknya !! “ jawab Septi judes
“
yahh, aku kan cuman nanya, gitu aja sewot , udaham bah iklhasin !! “ ujarku
dengan santainya
“
Ikhlasin kam bilang? Tau mah yang udah pinter tuh, gak usah songong !!” jawab Septi
sambil pergi meninggalkanku.
“
ye aku kan cuman nasihatin !! “ sahutku sebel.
Keesokan
harinya, pagi-pagi sekali aku sudah datang kesekolah. Namun ternyata sudah ada
beberapa anak yang datang. Seperti anak-anak 3C, yang pagi-pagi udah pada ngumpul
dibelakang. Dan sepertinya ada hal serius yang mereka bicarakan. Karena aku
orangnya Kepo, aku deketin mereka.
“
mosok kam juga dapet sms itu?” tanya Angel terlihat masih penasaran
‘
iya, nomornya belakangnya 6o lok ? “ jawab Dea
“
aku juga eh, yg ngumpul di CFC tuh lok ?” tanya Ani lagi
“
he’eh..” jawab Dea dan Angel berbarengan
“
Ngomongin apa sih ?” tanyaku ikutan Kepo
“
Apasih, me usak-usak ja kam nih ! “ ujar Ani sebel
“
ishh, aku mau tau juga tu nah ! “
jawabku
“
itu nah, aku sama sidaknya nih, dapet sms dari orang yg gak dikenal, katanya
suruh ngumpul di CFC kah apa gitu, buat ngambil ulangan kimia, supaya apa coba”
ujar Angel mencoba menjelaskan
“
hah, kok aneh, selain sidakam siapa lagi?” tanyaku masih penasaran
Kemudian Al pun lewat di depan kami.
“ nah tu nah coba tanya Al “ ujar Angel
“
Di, kam dapet sms dari nmor yg belakangnya 60, yg suruh ngumpul di CFC ?” tanya
Ani kepada Al
“
hah yang mana ? Al pun berpikir sejenak
“ ohh, yg katanya suruh ngambil ulangan kimia tu kah, tau am tu tuh gaje,
akhirannya salam teman seperjuangan “ .
“
tapi kenapa dia tau nomor kita lah, satu kelas lagi, terus buat apa yo, cuman
ngambil ulangan kimia di CFC ? “ ujar Ani masih bingung
“
he’eh di sekolah maka bisa “ ujar Angel menimpali
“
tapi itu tuh siapa ja, pasti anak kelas ini kalo gak kelas lain?” ujar Dea
masih penasaran juga
“
kayaknya kelas lain, kalo kelas ini gak mungkin soalnya, yang dapet sms aja
kelas ini “ ujar Ani
“
bujuran kada lah, bisa aja sih, anak kelas lain yg nemuin ulangan kita,tapi
kenapa di CFC ?” ujar Dea
“
udaham bah, datang ja, siapa tau bener, kan bagus kalo ulangan kita dah balik,”
ujarku sambil meninggalkan gerombolan 3C.
Sesuai
sms yang dikirimkan ke anak-anak kelas X C, sorenya kami pun pergi ke CFC
sesuai waktu yang ditentukan oleh pengirim. Sesampainya disana, setelah
semuanya berkumpul kami pun masuk ke dalam. Senang rasanya bisa ngeliat,
anak-anak X C ngumpul lagi. Di dalam, rupanya mas-mas pelayan sudah menyiapkan
sebuah map di atas meja. Kami sudah mengira bahwa itu adalah ulangan kimia
kami. Dan benar, di dalamnya memang ulangan kimia kami,seketika semua anak-anak
X C pun berteriak dan bersorak kegirangan. Tak peduli para pengunjung CFC pada
saat itu sudah memperhatikan mereka.
“
Om, siapa ya yang nganterin ini kesini? “ tanya Rendi pensaran ke mas-mas
pelayan
“
yah dek, saya disuruh ngerahasiain siapa orangnya, dia cuman pesen lain kali
jangan teledor “ jawab mas-mas pelayan
“
mosok gak boleh sih om, dikit aja, inisial nama deh “ rayu Rendi
“
tetep gak boleh dek, yang penting sekarang kan, ulangannya udah kembali kan?Ya
udah, saya lanjut kerja dulu ya “ jawab mas-mas pelayan sambil membereskan
piring di meja.
Memang bener sih, apa yang dikatakan oleh
mas-mas pelayan. Yang penting sekarang ulangannya udah kembali. Terimakasih ya
kepada siapa pun yang ngembaliin ulangannya. Salam teman seperjuangan. Setelah
mendapatkan ulangan mereka masing-masing, niatnya mereka mau pulang, tapi
karena sudah disediain tempat dan makanan, mereka pun akhirnya duduk dan
menikmati makanan di meja. Sudah hampir dua hari, mereka gak ngobrol satu
kelas. Tapi karena ada hal konyol ini, mereka akhirnya bisa becanda dan
cekikikan bareng. Nah gini dong, ini baru namanya X C.
“
eh, rupanya gak enak lah diem-dieman satu kelas “ celetuk Tama
“
ya iya bah, kayak musuh ja kita nih satu kelas ! “ timpal Elsa
“
yang penting sekarang semuanya dah baikan lok “ ujar Rendi
“
yoi ma bro “ ujar Al
“
nah, karena aku belum sempet minta maaf dengan setulus-tulusnya, nah biar
makanannya aku yang bayarin !’’ ujar Rendi dengan PD nya
“
ehe.. gak usah am Ren, biar aku ja, aku juga minta maaf udah nyalahin kam terus
“ ujar Tama ikut-ikutan
“
nah, aku juga ,aku juga minta maaf sering buat kam sakit hati, biar aku ja yg
bayar “ ujar Al malah ikut-ikutan juga
“
eitss, sidakam nih gak usah merasa bersalah gitu bah, udah ku maafin mah “
jawab Rendi dengan senyuman sok coolnya
“
sidakam nih, ributnya, karna aku orang baik, maka biar aku ja yang bayar “
tambah Irfan lagi dengan sombongnya
“
elehhh jijik aku ngeliatnya Fan !” olok Elsa
“
tau am, yayak am Digo nih “ ujar Cathrine menambahi.
Alhasil,
mereka pun sepakat untuk membayar makanan kami secara patungan. Bahagia banget
hari ini, ngeliat temen-temen satu kelas kembali akur. Keesokan harinya kami
pun meminta Ibu Hani memberi kami kesempatan untuk memperbaiki nilai. Dan
akhirnya ibu berbaik hati memberikan kami waktu dua hari untuk memperbaiki
nilai. Namun setelah urusan nilai beres, rupanya masih ada satu masalah lagi.
Yaitu hari ini kami harus pulang telat karena dihukum oleh Kepala Sekolah.
Apalagi kalo bukan tingkah kami yang tidak sungguh-sungguh menyanyikan lagu
Padamu Negeri pada saat pulang sekolah. Jadinya kami harus menunggu kurang
lebih setengah jam, untuk bisa pulang. Namun itu tidak menyurutkan kami untuk
tetap solid di kelas. Karena dipanggil satu kelas, kami satu kelas pun harus
mau menerima hukuman.
“
biaram woy pulang telat, yang penting satu kelas, kapan lagi kita dihukum satu
kelas kayak gini kalo bukan sekarang, bentar lagi kita gak tau bakalan pisah
atau enggak ! “ ujar Marko dengan muka tanpa dosa. Memang bener sih apa yang
dikatakan Marko. Di semester baru nanti kita gak tau bakalan pisah atau enggak.
Pinginnya sih gak mau pisah, soalnya dah PW banget di kelas ini. Pingin nangis
rasanya kalo pisah. Satu tahun kurang sebulan, waktu tuk mengukir berbagai
kenangan di Atom. Suka duka kami jalani di kelas ini, sulit memang melupakan
sedikit hal tentang Atom. Kami berharap kisah satu tahun kurang sebulan ini,
bisa terulang tuk kedua kalinya. Amin.
Angin semilir berhembus di tengah
pohon-pohon yang rimbun. Udara sore nan sejuk, menambah ketenangan hati di awal
senja. Kelopak –kelopak bunga mulai rontok, tersapu angin dan membiarkan
tubuhnya dibawa ketempat yang tak berujung. Segerombolan burung-burung
berlomba-lomba kembali ke sarangnya, seakan takut jika hari mulai gelap, dia
tak bisa kembali. Terlihat jelas di dalam sebuah bilik, sekelompok orang,
bersenda gurau dan tertawa ria dibawah indahnya senja. Sesekali menengok ke
arah jendela, tuk melihat pergantian siang dan malam. Hari demi hari kian
berganti, bulan demi bulan kita lalui, tahun-demi tahun telah berubah. Senja
sore ini, mengingatkanku tentang peristiwa 4 tahun silam. Saat tawa dan senyum
bahagia, masih bisa terlihat jelas. Kini, terlihat 5 orang perempuan berjilbab
dan 5 orang pria sedang duduk dibawah sinaran lampu, bersama dengan secangkir
cappuccino di depannya. Entah sudah berapa lama mereka asik bercerita kisah 4
tahun silam, di tempat yang sama sejak 4 tahun silam.
“
gak kerasa ya udah setahun sejak lulus SMA ,kita kumpul-kumpul lagi “ ujar
perempuan berbibir merah merona
“
ya iya bah, semuanya udah pada pisah ke mana-mana “ ujar perempuan berkerudung
abu-abu yang tingkahnya tidak pernah berubah sejak 4 tahun lalu
“
makanya, kalo ada waktu tuh disempetin buat ngumpul “ ujar pria berbadan gemuk,
yang wajahnya tak pernah berubah semenjak 4 tahun yang lalu.
“
apalagi anak dua nih, seneng am kalo udah ketemu “ ujar pria berbadan sambil
melirik ke arah dua orang temannya yang sedari tadi asik mengobrol.
Seketika dua orang insan yang merasa
tersinggung, kemudian saling menatap tajam ke arah teman-teman yang lain.
“
udah am bah, sidakam berdua nih, berduaan ja sana !” ujar seorang pria berbadan
kurus, yang kepolosannya tidak berubah semenjak 4 tahun yang lalu.
Kali ini, dua insan yang merasa tersinggung
itupun seakan-akan tidak mendengar, dan malah asik beradu pandangan. Seakan
dunia milik berdua, mereka pun sedari tadi hanya mengobrol berdua dan
sedikitpun tidak menghiraukan apa yang teman-teman mereka katakan. Sulit memang
mengetahui asal muasal kisah cinta mereka yang rumit. Mereka juga sebenarnya
tidak tahu darimana rasa mereka masing-masing berasal. Namun yang kutahu dari
mereka, hanya ketulusan dan saling mengerti yang bisa mempersatukan mereka.
“
jadi inget deh pas kita pertama kali kesini,gara-gara ulangan kimia “ ujar
perempuan berbibir merah merona yang semakin merona dengan polesan lipglos yang
baru ia pakai
“
eh, sebenernya siapa sih yang, nemuin ulangan kita ?” tanyanya lagi
“
gak tau “ serempak mereka menjawab
“
tapi bentar, aku jadi inget dengan notebook mini, disitu ada tulisan “ Jumat,
20- 4-2015, ngembaliin ulangan kimia kelas X C” ujar pria berbadan gemuk
“
perasaanku yg waktu itu punya notebook mini, cuman Dewi Fortuna “ jawab
perempuan berkerudung abu-abu
“
iya lah, berarti Dewi Fortuna yang ngembaliin ulangan kita “ ujar perempuan
berbibir merah merona
“
tapi kok bisa dia sih, memang mah Dewi Fortuna tuh penyelamat “ ujar pria berbadan kurus.
Wajah para pengisi hari-hariku yang sangat ku
rindukan di kemudian hari. Kini sedang tersenyum dan tertawa bahagia. Tak ada
satupun kata yang bisa menggambarkan persaanku saat ini. Air mata kebahagiaan
yang kurindukan akhirnya bisa menetes di pipiku. Walau hanya bisa melihat mereka
dari jauh. Aku masih bisa merasakan kebahagiaan mereka.Terimakasih kawan, telah
membuat aku bahagia disini.
“
gimana ya Dewi Fortuna sekarang? “
“
pastinya, dia udah bahagia di surga “
THE END.